OPERATIONAL AMPLIFIER
Pendahuluan
Add caption |
Komponen-komponen individu seperti transistor 2N3904 atau FET 2N5459 digolongkan sebagai komponen diskrit artinya secara fisik komponen tersebut hanya berisi sebuah komponen saja.
Dengan kemajuan teknologi yang ada maka pabrik
memungkinkan membuat beragam komponen yang membuat satu atau beberapa fungsi
rangkaian dalam satu keping tunggal bahan semikonduktor. Jenis komponen seperti
ini dinamakan sebagai rangkaian terpadu (Integrated
Circuit) atau biasa disebut IC saja. Salah satu jenis IC yang paling banyak dan paling umum
digunakan adalah jenis operational amplifier. Pada mulanya operasional
amplifier (op-amp) digunakan terutama
untuk mengerjakan operasi matematika seperti penjumlahan, pengurangan, integrasi
dan diferensiasi. Dulu alat ini dibuat menggunakan tabung hampa dan bekerjanya
dengan tegangan tinggi. Sekarang, op-amp sudah berupa rangkaian terpadu linier
yang menggunakan tegangan relatif rendah, konsumsi daya yang kecil dan harganya
relatif lebih murah. Hasil Pembelajaran
Setelah mempelajari bahasan
ini dan mengerjakan soal-soal latihan yang ada saudara dapat :
- Menjelaskan dasar operasional amplifier dan karakteristiknya.
- Menjelaskan beberapa parameter dalam lembaran data operasional
amplifier
Kriteria Penilaian
Keberhasilan saudara dalam
memahami bab ini diukur dengan kriteria penilaian berikut :
- Menjelaskan simbol yang dipakai pada op-amp
- Menjelaskan op-amp ideal dan op-amp praktis
- Menjelaskan operasi penguat diferensial
- Menjelaskan penguatan tegangan terbuka dari op-amp
- Menjelaskan impedansi input dan impedansi output op-amp
- Menjelaskan efek adanya CMRR pada op-amp
- Menjelaskan slew rate dan frekuensi kerja dari op-amp
- Menjelaskan parameter data sheet op-amp lainnya
Sumber Pustaka
:
- Albert Paul Malvino, M. Barmawi, M.O. Tjia, 1991, Prinsip-Prinsip Elektronika,
jilid 2, edisi ketiga, Erlangga, Jakarta.
- Michael Tooley, Irzam Harmein, 2003, Rangkaian Elektronik Prinsip
dan Aplikasi, edisi kedua, Erlangga, Jakarta.
- Robert T.
Paynter, 2006, Introductory Electronic Devices and Circuits Conventional Current
Flow, seventh edition, Prenhall Inc.
New
Jersey , USA .
- Thomas Floyd,
David Buchla, 2003, Fundamentals of Analog Circuits, second edition, Prenhall Inc.
New Jersey , USA
5.1. Operational Amplifier5.1.1. Simbol dan Terminal Simbol standar untuk sebuah
operasional amplifier ditunjukkan pada gambar 5.1. Op-amp memiliki dua terminal
input, yaitu terminal membalik (inverting
input) yang ditandai dengan (-) dan terminal tak membalik (non inverting input) yang ditandai
dengan (+) dengan sebuah terminal output. Op-amp biasanya bekerja dengan dua
tegangan yaitu tegangan positif dan tegangan negatif. Biasanya terminal untuk
tegangan DC ini tidak digambarkan, tetapi harus diketahui bahwa sebenarnya
terminal ini selalu ada di setiap op-amp. Bentuk nyata dari op-amp adalah
sebuah IC yang memiliki beberapa pin (biasanya 8 atau lebih) dalam kemasan DIP (dual in line packages) atau SMT (surface-mount technology). Gambar 5.2. IC op-amp kemasan tunggal
Gambar 5.3. Beberapa contoh
kemasan op-amp
Gambar 5.4. Jenis kemasan
op-amp yang lain 5.1.2. Op-Amp Ideal Sebuah op-amp ideal memiliki
penguatan tegangan tak terbatas dan impedansi input juga tak terhingga sehingga
tidak membebani sumber sinyal. Op-amp ini juga memiliki impedansi output 0.
Karakteristik ini digambarkan pada gambar 5.5. Tegangan input vin
diterapkan diantara dua terminal masukan. Dan tegangan keluaran adalah Av.Vin
disimbolkan sebagai sebuah sumber tegangan internal.
5.1.3. Op-Amp Praktis Pada prakteknya tidak ada
op-amp yang ideal. Sebaik apapun karakteristik op-amp tetap memiliki
keterbatasan. Op-amp memiliki keterbatasan arus dan tegangan. Keluaran op-amp
puncak ke puncak tidak mungkin lebih besar daripada tegangan sumber positif dan
negatifnya. Arus keluaran juga dibatasi oleh karakteristik internal op-amp itu
sendiri seperti disipasi daya dan rating komponen.
Karakteristik dari op-amp
praktis meliputi penguatan tegangan tinggi, impedansi input tinggi, impedansi
output rendah dan respons frekuensi yang lebar. Representasi op-amp secara praktis ditunjukkan dalam gambar 5.6.
5.1.4. Diagram
Balok Internal Op-amp Dalam
sebuah operasional amplifier biasanya dibuat tiga jenis amplifier yaitu : differential amplifier, voltage amplifier dan
sebuah push-pull amplifier. Differential amplifier
merupakan bagian input dari op-amp dan menghasilkan penguatan dari selisih
tegangan antara dua inputnya. Voltage amplifier biasanya adalah amplifier kelas
A yang menghasilkan penguatan tegangan dari keluaran penguat diferensial pada input
op-amp. Beberapa op-amp mungkin memiliki lebih dari satu tahap penguat
tegangan. Sedangkan penguat dorong-tarik digunakan sebagai output op-amp.
Diagram balok dari sebuah op-amp ditunjukkan pada gambar 5.7.
5.2. Penguat
Diferensial (Differential Amplifier) Operasional
amplifier umumnya terdiri dari paling sedikit sebuah penguat diferensial.
Karena penguat diferensial menjadi bagian input dari op-amp, maka ia menjadi
dasar kerja dari op-amp. Untuk itu perlu lebih dipelajari prinsip kerja dari
rangkaian ini.
Gambar 5.8. Penguat
diferensial Struktur dasar dari sebuah
penguat diferensial ditunjukkan pada gambar 5.8. Tahap penguat diferensial yang
membuat op-amp memiliki penguatan tegangan yang tinggi. Operasi dasar dari
penguat diferensial adalah seperti diuraikan di bawah ini.
Pertama, pada saat kedua input ditanahkan, maka emitor
memiliki tegangan -0,7 Volt. Jika misalnya transistor Q1 dan Q2
identik, maka pada saat tidak ada sinyal input arus emitornya adalah sama,
sehingga IE1
= IE2 = 
Dengan asumsi IC
IE, dan karena kedua
resistansi kolektor sama, maka jika kedua tegangan input nol tegangan kolektor
Q1 sama dengan tegangan kolektor Q2 yaitu
VC1 = VC2 =
VCC – IC1.RC1 Selanjutnya, jika input 2
ditanahkan dan bias positif dimasukkan pada input 1, maka tegangan positif pada
basis Q1 akan menaikkan arus kolektor IC1 dan menyebabkan
tegangan emitor Q1 menjadi
VE1
= VB1 – 0,7V Aksi ini akan mengurangi bias
maju (VBE) Q2, karena basis tertahan pada 0V (ground),
sehingga menyebabkan IC2 berkurang. Hasilnya adalah penambahan IC1
menyebabkan berkurangnya VC1 dan berkurangnya IC2
menyebabkan bertambahnya VC2. Kemudian jika input 1
ditanahkan dan bias positif dimasukkan pada input 2, maka tegangan positif
basis Q2 menyebabkan transistor Q2 lebih banyak
menghantarkan arus (IC2 meningkat) sehingga tegangan emitor Q2
juga naik. Aksi ini mengurangi bias maju Q1, karena basis tertahan
pada 0 Volt sehingga IC1 menurun. Hasilnya penambahan IC2
mengurangi VC2 dan berkurangnya IC1 akan menaikkan VC1. V.2.1. Mode Operasi Sinyal Penguat Diferensial1. Single Ended Input Mode Pada mode single ended, satu
input ditanahkan dan sinyal tegangan dimasukkan pada input lainnya. Jika sinyal
input dimasukkan pada input 1, sinyal output pada Q1 menjadi
terbalik (inverting). Karena emitor Q1 dan Q2 terletak
pada potensial yang sama, sinyal emitor menjadi input Q2 yang
berfungsi seperti penguat common basis. Sinyal dikuatkan oleh Q2 dan
keluarannya akan menjadi satu fasa dengan masukan pada Q1. Begitu
juga sebaliknya, jika sinyal input dimasukkan ke Q2 dan input Q1
ditanahkan, maka keluaran Q2 menjadi inverting dan keluaran Q1
non inverting.

2. Differential Input Mode Dalam mode input diferensial,
dua sinyal input yang berlawanan fasa dimasukkan pada kedua input penguat.
Operasi ini disebut juga double ended
mode. Karena setiap input menghasilkan dua output, maka output dari input
diferensial adalah total output dari selisih total sinyal inputnya. Jadi jika
sebuah input menghasilkan output sebesar VP maka jika dua input
berlawanan fasa dimasukkan maka outputnya adalah tegangan sebesar 2VP.

3. Common Mode Input Satu aspek yang paling penting
dari penguat diferensial adalah pada kondisi common mode input, yaitu jika
input yang memiliki fase, amplitude dan frekuensi yang sama dimasukkan ke dua
inputnya. Dengan menjumlahkan kedua inputnya (= 0), maka seharusnya sinyal
output adalah nol. Keadaan ini penting, untuk menghindari jika ada sesuatu
sinyal yang tidak diinginkan masuk pada kedua input penguat diferensial, maka
outputnya harus nol.

5.2.2. Common
Mode Rejection Ratio (CMRR) Idealnya,
sebuah penguat diferensial menghasilkan penguatan yang tinggi bila pada
inputnya diberi sinyal masukan (single
ended or differential) dan bila ada sinyal yang tidak diinginkan pada kedua
inputnya (noise) tidak dikuatkan. Penguat diferensial praktis
masih tetap memiliki penguatan terhadap noise ini. Ukuran amplifier yang dapat meredam common mode
sinyal disebut sebagai Common Mode Rejection Ratio (CMRR). Rasio ini adalah perbandingan
antar penguatan sinyal tegangan terhadap penguatan noise.
CMRR = 
Semakin besar nilai CMRR maka
penguat diferensial semakin baik. CMRR juga biasa dinyatakan dalam decibel (dB)
sehingga CMRR = 20 log 
Contoh 1 :Sebuah penguat diferensial
memiliki penguatan tegangan 2000 dan penguatan common mode 0,2. Tentukan CMRR
dan nyatakan juga dalam desibell ! Penyelesaian :Jika Av = 2000 dan
Acm = 0,2 maka
CMRR =
=
= 10000
Jika dinyatakan dalam dB, maka CMRR
= 20 log 10000 = 80 dB
5.3. Parameter
Data Sheet Op-Amp Beberapa parameter penting
sebuah op-amp yang biasa ditemukan dalam data sheet akan diuraikan pada bagian
ini. Diantaranya adalah tegangan offset input, penyimpangan tegangan offset
input terhadap temperatur, arus bias input, impedansi input, arus offset input,
impedansi output, range tegangan input common mode, penguatan tegangan terbuka,
CMRR op-amp, slew rate dan frekuensi respons. Pada bagian akhir dari uraian ini
akan dipaparkan perbandingan beberapa jenis op-amp dalam parameter tersebut.
5.3.1. Tegangan Offset Input Sebuah op-amp ideal
menghasilkan tegangan output nol pada saat inputnya nol. Dalam prakteknya
terdapat tegangan DC yang sangat kecil pada outputnya (VOUT(error)).
Penyebabnya adalah perbedaan yang sangat kecil yang terjadi pada kedua dioda
basis emitor transistor Q1 dan Q2, yang akan menimbulkan
tegangan input diferensial pada op-amp, sehingga tegangan output diferensialnya
dinyatakan sebagai
VOUT(error)
= IC2.RC – IC1.RC Pada
lembaran data op-amp, tegangan input offset (VOS) adalah tegangan DC
diferensial yang harus diberikan pada kedua input op-amp yang dapat memaksa
output diferensial pada 0 volt. Nilai tegangan input ini biasanya sekitar 2 mV, idealnya
nol.
Gambar 5.12. Tegangan input
offset diperlukan untuk membuat VOUT=0 5.3.2. Penyimpangan Tegangan Input Offset terhadap
Perubahan Temperatur Penyimpangan tegangan input
offset terhadap temperatur adalah parameter yang berhubungan dengan VOS
yang menyatakan berapa perubahan yang terjadi pada offset tegangan input untuk
setiap derajat perubahan temperatur. Umumnya perubahan ini antara 5μV sampai 50μV /oC. Op-amp
dengan tegangan input offset yang tinggi memiliki penyimpangan yang tinggi
juga.
5.3.3. Arus Bias Input Arus bias input adalah arus DC
yang diperlukan oleh input amplifier untuk mendapatkan titik operasi awal. Arus
bias input adalah nilai rata-rata dari kedua arus inputnya, sehingga
IBIAS
= 
5.3.4. Impedansi Input Ada dua cara untuk menyatakan
impedansi input op-amp, yaitu :
- Impedansi input
diferensial, yaitu resistansi total antara input inverting dan input non
inverting. Impedansi input diferensial diukur dengan perubahan arus bias
yang disebabkan oleh perubahan tegangan input diferensial.
- Impedansi input common
mode, adalah resistansi setiap input terhadap ground dan ditentukan dengan
perubahan arus yang disebabkan oleh tegangan
input common mode.
5.3.5. Arus Offset Input Idealnya arus bias pada kedua
input adalah sama. Dalam prakteknya arus bias pada kedua inputnya adalah tidak
persis sama. Arus offset input adalah perbedaan pada arus-arus bias inputnya,
sehingga
IOS
= 
Nilai arus offset yang
sebenarnya biasanya paling sedikit 10 kali lebih kecil daripada arus bias.
Dalam banyak pemakaian, arus offset dapat diabaikan. Akan tetapi dengan
penguatan tinggi pada op-amp dan impedansi input yang tinggi, akan menyebabkan
IOS berpengaruh, karena perbedaan arus yang melintasi resistansi
input yang tinggi akan menimbulkan tegangan offset yang cukup berarti, seperti
ditunjukkan pada
gambar 5.14.
Tegangan offset yang
disebabkan oleh arus offset input adalah
VOS = I1.Rin
– I2.Rin = (I1 – I2) Rin
= IOS.Rin Sehingga tegangan output error
akan menjadi
VOUT(error) = AV . IOS
. Rin Perubahan arus offset yang
disebabkan oleh temperatur akan mengakibatkan perubahan pada tegangan output
error. Nilai yang umum dari koefisien temperatur arus offset adalah 0,5 nA/oC. 5.3.6. Impedansi
Output Impedansi
output adalah resistansi yang dilihat dari terminal output op-amp.
5.3.7. Range Tegangan Input Common Mode Semua jenis op-amp memiliki
keterbatasan pada range tegangan lebih pada saat beroperasi. Range tegangan
input common mode adalah range tegangan inpu yang tidak akan mengakibatkan
penggutingan pada output atau tidak menimbulkan distorsi pada output. Banyak op-amp memiliki range common mode tidak
lebih dari +/- 10V dengan tegangan supply DC +/- 15V, sementara output yang
lain dapat setinggi tegangan supply DC-nya (disebut sebagai rail to rail).
5.3.8. Penguatan Tegangan Terbuka Penguatan tegangan terbuka (AOL)
adalah penguatan tegangan internal pada op-amp yang menyatakan perbandingan
antara tegangan output terhadap tegangan input pada saat tidak ada komponen
luar yang dihubungkan. Penguatan tegangan terbuka dapat lebih dari 200.000 kali
dan ini merupakan parameter yang tidak terkontrol dengan baik. Pada lembaran
data, penguatan tegangan terbuka ditunjukkan sebagai penguatan tegangan sinyal
besar.
5.3.9. CMRR pada op-amp Sebuah op-amp yang baik
memiliki CMRR yang tinggi. Nilai CMRR yang tinggi pada op-amp dapat
mengeliminasi sinyal-sinyal interferensi pada output. Definisi CMRR untuk
op-amp adalah penguatan tegangan terbuka dibagi dengan penguatan tegangan
common mode, sehingga
CMRR = 
Atau bila dinyatakan dalam decibel akan menjadi
CMRR = 20 log 
Contoh 2 :Sebuah op-amp memiliki
penguatan tegangan terbuka sebesar 100.000 dengan penguatan common mode sebesar
0,25. Tentukan CMRR Op-amp tersebut dan nyatakan dalam dB ! Penyelesaian :CMRR =
=
= 400.000 CMRR = 20 log 400.000 = 112 dB. 5.3.10. Slew Rate Perubahan
maksimum tegangan output sebagai respons terhadap tegangan input step disebut
sebagai slew rate dari sebuah op-amp. Slew rate tergantung pada respons frekuensi tinggi
dari penguat dalam op-amp. Slew rate diukur dengan menghubungkan op-amp seperti pada gambar 5.16.
Rangkaian ini adalah konfigurasi penguat op-amp dengan penguatan 1 dan tidak
membalik (unity gain and non inverting).
Rangkaian ini akan memberikan kasus terburuk slew rate dari op-amp. Jika
diumpamakan respons frekuensi tinggi sebagai tepi positif pulsa naik, maka
responsnya digambarkan sebagai kemiringan lereng naik dari tegangan keluaran.
Gambar 5.16. Rangkaian untuk
menentukan slew rate
Lebar pulsa tegangan input (gambar
5.17) yang diberikan harus lebih lebar daripada slew output dari batas bawah ke
batas atas. Jika interval waktu, Δt adalah waktu yang diperlukan
oleh output untuk berubah dari batas bawah (-Vmaks) sampai batas
atasnya (+Vmaks), maka slew rate dapat dihitung dengan persamaan :
Slew Rate = 
Satuannya adalah Volt per microsecond (V/μs). Contoh 3 :
Respons tegangan output dari
op-amp yang ditunjukkan pada gambar 5.17, menyatakan tegangan maksimum dan
minimumnya adalah +/- 9V dengan Δt sebesar 1 μs. Tentukan slew rate op-amp
tersebut ! Penyelesaian :Tegangan output berubah dari
batas bawah ke batas atas dalam 1 μs, karena respons tidak ideal,
batasnya kita ambil 90% dari tegangan yang diperlihatkan, sehingga slew
rate-nya adalah
Slew
rate =
=
= 18 V/μs
5.3.11.
Respons Frekuensi Tahap-tahap penguat internal
yang menghasilkan penguatan tegangan hanya dibatasi oleh kapasitansi junction
saja. Sebuah op-amp tidak memiliki kapasitor kopling internal, sehingga respons
frekuensinya dimulai dari DC (0 Hz) sampai dengan frekuensi yang ditentukan dalam
data sheet op-amp tersebut.
5.3.12.
Sifat-Sifat Lainnya Sebagian besar op-amp memiliki
tiga sifat lain yang sangat penting yaitu :
- Proteksi terhadap hubung singkat (short
circuit protection), adanya sifat ini membuat op-amp selalu terjaga
dari keadaan bahaya yang disebabkan oleh hubung singkat pada outputnya.
- Tidak ada penguncian atas (no
latch up), adanya sifat ini mencegah op-amp dari keadaan output yang
tidak tentu (hang state) yaitu
tinggi atau rendah (high or low
level).
- Input Offset Nulling, yaitu membuat offset nol
dapat dilakukan dengan bantuan potensiometer eksternal yang dapat membuat
tegangan output pada keadaan nol jika inputnya nol.
5.3.13. Perbandingan Parameter Op-amp Tabel di bawah ini menunjukkan
perbandingan nilai dari beberapa parameter yang telah diuraikan untuk beberapa
jenis IC op-amp dengan berbagai macam penggunaan.
Tabel 1. Perbandingan parameter beberapa jenis IC
Op-amp
Op-Amp
|
Input Offset Voltage (mV) (max)
|
Input Bias Current (nA) (max)
|
Input Impedance (MΩ) (min)
|
Open Loop Gain (typ)
|
Slew Rate (V/μs) (typ)
|
CMRR (dB) (min)
|
Comment
|
LM741
|
6
|
500
|
0,3
|
200.000
|
0,5
|
70
|
Industry
standard
|
LM101A
|
7,5
|
250
|
1,5
|
160.000
|
-
|
80
|
General
purpose
|
OP113
|
0,075
|
600
|
-
|
2.400.000
|
1,2
|
100
|
Low noise
Low drift
|
OP177
|
0,01
|
1,5
|
26
|
12.000.000
|
0,3
|
130
|
Ultra precision
|
OP 184
|
0,065
|
350
|
-
|
240.000
|
2,4
|
60
|
Precision,
rail to rail
|
AD8009
|
5
|
150
|
-
|
-
|
5500
|
50
|
BW=700MHz,
ultra fast, low distorsion, current feedback
|
AD8041
|
7
|
2000
|
0,16
|
56.000
|
160
|
74
|
BW=160MHz,
rail to rail
|
AD8055
|
5
|
1200
|
10
|
3500
|
1400
|
82
|
Very fast
voltage feedback
|
Ø Simbol Op-amp dasar memiliki tiga terminal tidak termasuk terminal tegangan dan ground yaitu inverting input (-), non inverting input dan output.
I. Pilihlah jawaban yang anda anggap paling benar !1. Sebuah IC op-amp memiliki
a. dua input dan dua output b. satu input dan satu outputc. dua input dan satu output d. satu input dan dua output2. Yang manakah pernyataan di bawah ini yang tidak merupakan karakteristik yang penting dalam sebuah op-ampa. penguatan tegangan tinggi b. impedansi input tinggic. daya rendah d. impedansi output rendah3. Sebuah penguat diferensial adalah
a. bagian dari op-amp b. memiliki satu input dan satu outputc. memiliki dua output d. jawaban a dan c benar4. Pada saat penguat diferensial dioperasikan pada mode single ended
a. output ditanahkan
b. satu input ditanahkan dan sinyal dimasukkan pada input yang lainc. kedua input dihubungkan bersamad. output tidak membalik5. Pada mode input diferensiala. sinyal yang berlawanan fasa dimasukkan pada kedua inputnyab. penguatannya adalah 1c. output memiliki amplitude yang berbedad. hanya satu sumber tegangan yang digunakan6. Pada mode common modea. kedua input ditanahkanb. output dihubungkan secara bersamac. sinyal yang identik dihubungkan pada kedua inputd. sinyal output akan sefasa.7. Penguatan sinyal common mode adalah
a. sangat tinggi b. sangat rendahc. selalu satu d. tidak dapat diperkirakan8. Penguatan sinyal diferensial adalah
a. sangat tinggi b. sangat rendahc. tergantung tegangan input d. sekitar 1009. Jika AV(d) = 3500 dan Acm = 0,35, maka CMRR nya adalaha. 1225 b. 10.000c. 80 dB d. jawaban b dan c benar10. Dari nilai-nilai di bawah ini, manakah yang merupakan penguatan tegangan terbuka op-amp yang realistisa. 1 b. 2000c. 80 dB d. 100.00011. Sebuah op-amp memiliki arus bias 50 μA dan 49,3 μV. Arus offset input adalah
- Gambarkan diagram balok rangkaian internal op-amp ! Jelaskan setiap bagian dari diagram balok tersebut !
- Jelaskan apa yang dimaksud dengan penguat diferensial !
- Jelaskan tiga jenis input dan respons penguat diferensial terhadap input tersebut !
- Apa yang dimaksud dengan Common Mode Rejection Ratio pada penguat diferensial ? Jelaskan !
- Apa yang menentukan polaritas tegangan output dari op-amp ?
- Sebuah penguat
diferensial memiliki resistansi kolektor masing-masing 5,1KΩ. Jika IC1 = 1,35 mA dan IC2
= 1,29 mA, berapakah output diferensialnya ?
- Tentukan arus
bias, IBIAS, jika arus input pada op-amp masing-masing 8,3 μA dan 7,9 μA !
- Sebuah op-amp memiliki CMRR = 250.000. Nyatakan dalam dB !
- Penguatan
tegangan terbuka sebuah op-amp adalah 175.000, sedangkan penguatan sinyal
common mode 0,18. Tentukan CMRR dalam dB !
- Dalam data sheet, sebuah op-amp memiliki CMRR = 300.000 dan AOL = 90.000. Berapakah penguatan sinyal common mode ?
- Apakah yang dimaksud dengan slew rate ? Parameter apakah yang dipengaruhi akibat adanya slew rate ini ?
- Gambar di bawah ini menunjukkan tegangan output op-amp sebagai respons dari input. Tentukan slew rate op-amp tersebut !
Komponen-komponen individu seperti transistor 2N3904 atau FET 2N5459 digolongkan sebagai komponen diskrit artinya secara fisik komponen tersebut hanya berisi sebuah komponen saja. |

No comments:
Post a Comment